Saran Dokter untuk Pasien Luka Bakar Erupsi Semeru

Spesialis kulit Arini Astasari Widodo menyatakan pasien dengan luka bakar serius seperti korban erupsi Semeru di Jawa Timur membutuhkan penanganan tenaga kesehatan berkompetensi khusus.

“Luka bakar serius seperti luka bakar derajat tiga dengan area luka yang luas membutuhkan rawat inap di rumah sakit dan kadang dokter yang menangani membutuhkan kompetensi yang khusus,” kata Arini.

Lulusan Universitas Indonesia yang kini bergabung dalam Perhimpunan Dokter Spesialis Kulit Indonesia (Perdoski) itu membagi kriteria luka bakar bagi pasien rawat inap dari pertimbangan luas luka.

“Pada pasien dewasa lebih dari 15 persen sedangkan pada anak lebih dari 10 persen. Saat mengevaluasi luka bakar, dokter melihat dua faktor, seberapa dalam luka dan ukuran luka bakar yang diukur dengan persen total luas permukaan tubuh,” jelasnya.

Penanganan terhadap luka bakar yang serius membutuhkan rumah sakit yang memiliki unit luka bakar, biasanya dikepalai oleh dokter bedah plastik. Ia mengatakan umumnya kasus kedaruratan dengan derajat berat yang mengancam nyawa melibatkan dokter anestesi untuk mengatasi kegawatdaruratannya terlebih dulu.

“Mengobati rasa sakit pada orang tersebut adalah kuncinya. Kontrol nyeri yang tidak memadai dapat mengganggu perawatan pada luka bakar,” katanya.

Langkah selanjutnya adalah memeriksa luka untuk tanda-tanda infeksi dan masalah jangka panjang lain, seperti jaringan parut dan pengencangan kulit di atas sendi dan otot yang membuat sulit bergerak. Dosen di Universitas Kristen Krida Wacana (UKRIDA) itu mengatakan pasien dengan luka bakar sering kali mengalami gangguan metabolik, infeksi, dan tidak menutup kemungkinan ada gangguan pada organ lain sehingga membutuhkan dokter spesialis khusus, seperti penyakit dalam atau spesialis lain, tergantung kasus.

Arini menambahkan obat-obatan yang digunakan untuk pemulihan luka bakar di antaranya agen topikal yang umum digunakan, termasuk salep antimikroba topikal, silver sulfadiazin, bismuth-impregnated petroleum gauze, mafenida, dan klorheksidin. Agen lain seperti madu, povidone-iodine, lebih jarang digunakan. Kombinasi antimikroba dengan agen antijamur topikal juga menunjukkan beberapa manfaat untuk pengobatan luka bakar lokal.

“Salep antimikroba topikal sebagai obat tunggal atau kombinasi biasanya digunakan untuk luka bakar superfisial (derajat 1),” ujarnya.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *